Instagram

Monday, February 06, 2017

It's Been A Year. Throw Back 2016.

Hello Holla Hallo
My diary and My blog,

Waktu berjalan sangat cepat, tanpa terasa setahun telah berlalu. Rasanya baru kemarin aku sibuk dengan laporan skripsi, bimbingan dosen, seminar, sidang, bahkan wisuda. Nyatanya semua itu adalah kenangan tahun lalu. Sulit dipercaya memang. Bahkan saat ini aku tidak di Kota itu lagi. 

Januari 2016,
Liburan awal tahun ku habiskan di rumah. Mengisi energi dan asupan gizi untuk pertempuran demi mendapatkan gelar sarjana. Liburan di rumah bukan ide yang bagus ketika diburu deadline laporan akhir skripsi. Terlena dengan nyamannya suasana rumah. Beruntung aku segera bangun dari mimpi indah itu, kembali ke kehidupan nyata. Memulai lagi aktifitas sebagai mahasiswa tingkat akhir. Mulai dari menyelesaikan laporan siang dan malam, bolak-balik ke kampus demi bimbingan, hingga harus berkali-kali revisi. Tiada hasil tanpa usaha bukan? Yap, pada akhirnya semua usaha terbalas dengan hasil yang memuaskan. Semua revisi diselesaikan hingga akhirnya memperoleh persetujuan untuk mendaftar seminar hasil di bulan berikutnya.

Februari 2016,
Melanjutkan langkah perjuangan yang telah dirintis di bulan sebelumnya. Seminar Hasil di awal bulan bersama tujuh orang teman seperjuangan. Semua perasaan campur aduk disana. Tawa canda dikala berkumpul bersama. Peluh keringat ketika ribetnya birokrasi di kampus. Air mata haru dan tawa lepas ketika seminar selesai. Selangkah lebih dekat menuju tahap selanjutnya. Kebersamaan itu sangat terasa di saat suka cita maupun suka duka. Sidang tugas akhir di pertengahan bulan. Langkah terakhir demi gelar sarjana. Kembali begadang demi revisi dari seminar hasil. Kembali bolak-balik ke kampus demi urusan administrasi. Kembali bokek demi print dan fotocopy. Tetapi semuanya dilalui dengan semangat membara mebahana, sehingga ketika semuanya selesai tak terhitung berapa banyak hormon Endorfin dan Serotonin yang dikeluarkan oleh tubuh saking bahagianya. Perjuangan yang dipenuhi air mata serta peluh lelah terbayar sudah.

Maret 2016,
Well, belum sepenuhnya kebebasan itu diraih karena masih harus revisi agar mendapatkan persetujuan untuk mendaftar wisuda. Lucky us, revisi dimasa akhir ini tidaklah serumit dan sesulit seperti sebelumnya, mungkin karena sudah ditahap akhir sehingga tidak banyak lagi yang harus diperbaiki. Persetujuan untuk mendaftar wisuda itupun akhirnya diperoleh. Proses administrasi kampus yang cukup ribet sangat menguras energi jasmani dan rohani. Jalan mulus yang ingin dilalui terlihat seperti mimpi saja. Nyatanya, setiap proses itu tak ada yang mudah, semuanya butuh usaha dan kesabaran. Namun, semuanya terasa indah ketika dilalui bersama-sama. Bisa kusebut "indah" saat ini. Saat itu? masih medan perang. Tapi sungguh, saat itu memang terasa menyenangkan. Bersama-sama mendaftar wisuda. Bersama-sama mengurus administrasi di tempat yang cukup jauh. Semua bahagia walaupun banyak batu terjal yang menghadang di depan. Karena kebersamaan membuat semuanya terasa ringan.

April 2016,
Akhirnya Wisuda. Semua perjuangan dan pertempuran selama kurang lebih enam bulan terbayar lunas sudah. Hanya tawa bahagia suka cita menghiasi hari yudisum dan wisuda itu. Berkumpul dengan keluarga dan sahabat menikmati setiap prosesi acara. Mengabadikan setiap momen kebersamaan disudut kampus. Perkenalan antara keluarga yang belum pernah bertemu sebelumnya. Tawa sumringah menghiasi wajah kedua orang tua, sahabat, serta anggota keluarga lainnya. Semua momen kebahagiaan itu terukir jelas dan terabadikan dalam sebuah gambar yang kelak akan disebut sebagai kenangan. Hari itu hanyalah tentang kebahagiaan. Rasa kantuk karena harus bangun dini hari demi berhias diri, rasa pegal karena tidak terbiasa menggunakan high heels, serta rasa lelah mengikuti setiap rangkaian acara, semua rasa itu terabaikan karena banyaknya hormon Endorfin dan Serotonin yang diproduksi tubuh. Bahagia karena akhirnya terlepas dari belenggu kuliah. Bahagia karena orang tua bangga. Bahagia melalui semuanya bersama-sama. Pada akhirnya tetap bahagia tanpa tahu hal apa yang menanti kedepannya.

Mei 2016,
Move On. 
Move On dari Euphoria wisuda yang telah lewat beberapa minggu.
Move On dari kegagalan mendapatkan pekerjaan.
Move On dari kost-an ke tempat sodara.
Pada dasarnya di bulan ini, aku mulai berpikir ulang dan menata hidup atau Move On dari semua peristiwa yang telah terjadi tiga bulan terakhir. Mulai memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Mulai menyusun rencana yang entah kapan bisa ter-realisasi. Sebenarnya, disaat itu aku butuh liburan. Butuh refreshing tepatnya. Suatu kegagalan membuatku terpuruk dalam waktu yang lama. Bahkan euphoria sesaat tak bisa menutupinya. Euphoria terasa seperti kebahagiaan semu saja. Dan pada akhirnya aku berakhir di rumah, di dalam kamar bersama adik sepupu, dengan televisi, hardisk yang berisi film, tempat tidur, serta ditemani cemilan tinggi lemak dan kalori. 

Juni 2016,
6th June officially turned to 24. Still can"t believed that I was 24. Umur boleh saja segitu, tapi mind set and experience masih sangat jauh dari ekspektasi. Harus bersyukur setiap proses yang telah diperoleh dan dijalani.Seingatkuy saat itu tanggal 6 tepat jatuh di 1 Ramadhan which is umat Islam di seluruh dunia mulai menjalankan ibadah puasa. Best birthday ever right?. Aku menjalankan ibadah puasa di rumah bersama kedua orang tua dan adikku. Tiada bulan seindah bulan Suci Ramadhan, apalagi jika di rumah bersama keluarga tercinta. Alhasil, bukannya menurun,berat badanku naik drastis dalam sebulan.  Penyebabnya? Masakan ibuku yang lezat tiada tanding. 

July 2016,
Hari raya Idul Fitri yang mana merupakan kemenangan bagi umat muslim seluruh dunia setelah sebulan penuh menahan segala macam nafsu dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Indonesia sendiri memiliki tradisi mudik setiap kali menjelang hari raya Idul Fitri. Hampir seluruh masyarakat yang mengadu nasib di kota orang atau pun negara orang berbondong-bondong mudik ke kampung halaman demi merayakan hari Raya Idul Fitri bersama keluarga tercinta. Dan aku salah satunya, mudik dari Kota Palembang ke Kampung Halaman. Kedua orang tuaku memang domisili disana sementara kami anak-anaknya menuntut ilmu di tempat lain. Idul fitri tahun ini sama saja seperti tahun sebelumnya. Pakwo yang tinggalnya jauh tidak ada yang mudik karena Nenek Anang dan Nenek Ino (sebutan Kakek-Nenek di kampung halamanku) sudah wafat bertahun-tahun lalu. Karena Ibuku anak bungsu yang tinggal di rumah, jadi kebanyakan rumah sepi, jarang ada mudik. Biasanya saat Idul Fitri ada tradisi Sanjo (Sebutan silaturahmi di SumSel) ke rumah sanak saudara dan tetangga. Rumah kami biasanya ramai oleh tetangga dan saudara yang sanjo. Selain itu, kami juga sanjo ke tempat Nenek Ino dari pihak Bapakku. Biasanya disana cukup ramai, karena banyak keponakan, cucu, serta cicit Nek Ino yang mudik. Ketika pergi sanjo ke rumah saudara atau pun ke tempat Nek Ino dan ketemu berbagai macam saudara yang terkadang baru pertama kali berjumpa, yang tinggalnya entah dimana, dan yang sok kenal sok dekat. Berbagai macam pula pertanyaan yang mucul ke permukaan. Sanjo empat tahun lalu biasanya ditanya seputar kuliah. Namun sanjo dua tahun terakhir ini ditanya tentang kerja dan jodoh. Sungguh itu pertanyaan merusak kebahagiaan di hari kemenangan. Alhasil aku dan adik hanya tersenyum saja. Terkadang kami menjawab berbagai macam pertanyaan itu dengan candaan. Suasana pun makin gemuruh. Berbicara mengenai hidangan Idul Fitri, setiap daerah mempunyai hidangan Idul Fitri khas, namun biasnaya Idul Fitri itu identik dengan Ketupat. Tetapi lain halnya di kampung halamanku, disini justru tidak ada ketupat. Berbagai macam kue khas Idul Fitri itu ada, namun lain halnya dengan hidangan utama. Bebas. Biasanya justru sama dengan masakan-masakan hajatan besar seperti gulai kalio, rendang, sup, pindang, masak malbi (masakan khas palembang), dan sebagainya. Tahun ini menu utama di rumahku adalah Ikan Bakar, Ayam Goreng, Sup tulang dan iga, serta Bakso. Minumannya standar seperti air mineral dan aku membuat minuman seperti es buah yang di dalamnya terdapat pepaya, mentimun, apel, dan nata de coco yang diberi sirup melon. Untuk kue-kue, ibuku tidak mau repot sehingga beli di pasar atau pesan ke temannya.
      Setelah menghabiskan Idul Fitri di kampung halaman, Kota Bengkulu menjadi tujuan selanjutnya. Hanya sekedar refreshing  mengganti suasana. Aku reuni dengan teman-teman sekelas sewaktu SMA. Tak banyak yang hadir, hanya beberapa orang dikarenakan masih dalam suasana Idul Fitri, masih banyak yang mudik. Bersenda gurau, bernostalgia kenangan semasa SMA, dan bertukar cerita mengenai pengalaman kuliah, pacar, kerjaan, atau rencana study lanjut. Aku menghabiskan bulan Juli-ku di Kota Bengkulu sebelum akhirnya kembali ke Kota Palembang

Agustus 2016,
Di awal bulan, aku bersama temanku pergi ke Kota Lampung demi serangkaian tes pekerjaan. Kami pergi dengan transportasi kereta api, which is itu adalah pengalaman pertama ke luar Kota dengan kereta api. Sebelumnya, aku mulai akrab dengan kereta api ketika mulai pulang pergi Palembang-Tebing untuk beberapa urusan. Overall, I love train. Biaya yang dikeluarkan cukup murah dan cukup nyaman untuk harga tersebut. Aku sudah cukup terbiasa pergi ke luar Kota sendirian karena aku kuliah di dua Kota berbeda dari tempat domisili keluargaku. Namun bagi temanku ini merupakan pengalaman pertamanya keluar Kota tanpa keluarga. Alhasil kami cukup berpetualang. Kami menetap selama lima hari di rumah salah satu kerabat Bapakku. Selama rangkaian tes itu, kami menggunakan transportasi ojek karena jarak rumah dan tempat tes tidak memungkinkan untuk menggunakan kendaraan umum lainnya. Setelah rangkaian tes itu selesai, kami berdua memutuskan untuk sedikit berpetualang di Kota itu hanya bermodalkan naik kendaraan umum angkot dan bertanya kesana-kemari. Ketika berada di tempat asing dan baru pertama kali, harus berani bertanya, karena seperti pepatah "malu bertanya sesat di jalan". Petualangan kami pun kebanyakan di Mall. Kami memutuskan mengunjungi Mall, karena hanya tempat itu yang bisa kami jankau dengan angkot. Untuk wisata alam seperti pantai, letaknya cukup jauh dari Kota. Seperti yang diketahui Kota Lampung dikenal dengan pantai pasir putihnya.,

September 2016,
Bulan yang cukup melelahkan dimana semua kekecewaan, frustasi, dan stress menumpuk menjadi satu. Namun semua itu dialihkan pada kegiatan yang lebih positif. Aku jadi rutin berolahraga setiap hari. Selain itu, ada titik balik dari semua frustasi yang dialami.

Oktober 2016,
Keputusan besar dan sedikit memaksakan. Akhirnya setelah berbagai macam proposal rencana study lanjut yang diajukan ke penyandang dana (dalam hal ini kedua prang tua), aku dizinkan untuk kembali kuliah. Sungguh sengit perjuanganku. Setelah berbagai macam tawar-menawar, dan izin itu pun diperoleh. Awalnya aku memilih Kota Semarang. Salah seorang temanku melanjutkan studi master di Universitas ternama di Kota itu. Namun setelah mendapatkan informasi mengenai akreditasi jurusan yang akan ku ambil, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan studi master di Kota Surabaya dengan pertimbangan Kota itu memiliki salah satu kampus teknik ternama dengan akreditasi kampus dan jurusan "A".

November 2016,
PLN. Hampir sebulan penuh, dari awal bulan sampai akhir bulan, aku mengikuti serangkain tes penerimaan pegawai yang diakan oleh perusahaan BUMN ternama itu. Optimis dan sedikit pesimis. Aku mulai menerapkan hidup sehat. Menjaga asupan makanan dan tak lupa berolahraga rutin setiap hari. Aku juga belajar dengan giat untuk setiap rangkaian tertulis yang dijalani. Aku telah berusaha sebaik mungkin untuk setiap proses tes tersebut. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, hanya Yang Maha Kuasa-lah yang menentukan hasil akhirnya. Setelah tes tahap kelima, aku memutuskan untuk menyeberang ke pulau seberang. Perasaan bahwa akan gagal membulatkan tekadku untuk terbang ke Kota Surabaya. Awalnya aku sedikit ragu untuk melanjutkan studiku. Serangkain tesku berjalan mulus hingga masuk ke tahap lima. Namun semua mimpi itu buyar setelah tahap kelima. Rasa gagal itu seakan terlihat di pelupuk mata. Dan pada akhirnya, di akhir bulan aku tiba di Kota Surabaya.

Desember 2016,
Prediksi tentang kegagalan itu pun benar adanya. Kembali terpuruk. Perasaan yang sempat melayang di atas, jatuh dalam sekejap. Mimpi buruk itu datang kembali. Kegagalan itu seakan terus menghantui dan membayangi. Mencoba untuk tegar. Selalu. Mulai mengisi energi dan mensugesti diri sendiri bahwasanya inilah keputusan dan pilihan yang terbaik yaitu melanjutkan studi master di Kota ini. Selain itu, bertemu karib lama semasa diploma sedikit menghiburku. Mendapatkan dukungan moril cukup membangkitkan semangat. Kembali berjumpa dan bekumpul. Mengisi setiap perjumpaan dengan senda gurau. Dan tak lupa mulai mengurus satu per satu segala keperluan studi master. Mulai dari TPA dan Toefl, proses pendaftara, hingga tes tertulis bidang dan wawancara dengan dosen jurusan. Hasil seleksi penerimaan mahasiswa baru diumumkan dua minggu kemudian. Sementara itu, kembali mengisi hari-hari dengan senda gurau. Dan akhirnya memutuskan untuk mengadakan perjalan wisata ke Kota Malang. Suasana pantai dan snorkling menjadi tujuan utama dengan bermodalkan GPS. Namun sayangnya GPS tidak cukup membantu. Rencana untuk snorkling gagal karena tersasar dan akhirnya memutuskan untuk menikmati suasana pantai saja. Mengabadikan keindahan pantai, ombak, dan laut biru dalam beragam jepretan kamera. Suara ombak dan tiupan angin seakan mengejukkan jiwa raga, sejenak melupakan semua problematika hidup yang tak ada ujungnya. Menikmati dinginnya malam di Alun-Alun Kota Batu. Menghangatkan diri dengan semangkuk bakso ditemani secangkir teh panas. Akhir tahun tak terasa spesial seperti kebanyakan umat manusia diseluruh dunia. Menghabiskan malam 31 Desember menuju 1 Januari bersenda gurau bersama sahabat karib di warung kopi. Sederhana tetapi bahagia.

Terima Kasih 2016, untuk setiap detik, menit, jam, dan hari-hari yang bermakna
Terima Kasih 2016, untuk setiap air mata dan tawa bahagia
Terima Kasih 2016, untuk setiap kenangannya