Instagram

Tuesday, August 06, 2019

JWGEA 2019

Join Workshop for Global Engineers in Asia and Beyond (JWGEA) 2019 merupakan workshop kerjasama antara Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Indonesia; Ritsumeikan University (RU), Jepang; Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Malaysia; King Mongkut’s University of Technology Thonburi (KMUTT), Thailand dan Saint Petersburg Electrotechnical University (ETU), Russia. JWGEA merupakan scientific workshop yang bertujuan untuk memfasilitasi para peneliti muda yang cerdas untuk mempresentasikan dan berbagi ilmu mengenai penelitian mereka serta untuk memperluas jaringan di antara para peneliti internasional. Workshop ini pertama kali dimulai pada tahun 2014 oleh empat universitas terkemuka internasional, yaitu Universitas Ritsumeikan, Jepang; Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia; Universitas Teknologi Thonburi (KMUTT) King Mongkut, Thailand; dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Indonesia. Namun sejak 2018 JWGEA telah memperluas kerja sama dengan salah satu universitas di Rusia, yaitu Saint Petersburg Electrotechnical University (ETU). Dengan menghadiri workshop ini, para peneliti muda dari 5 universitas diharapkan untuk dapat membangun kolaborasi penelitian bersama yang secara positif dapat berkontribusi pada penguatan kemitraan antar-institusi. Workshop ini akan diadakan secara rutin setiap tahunnya. Pada tahun 2019 ini, kampusku, ITS menjadi tuan rumah. Sementara itu untuk JWGEA 2020 akan diadakan di Rusia. Andaikan aku masih mahasiswa ITS, tentu saja aku akan mendaftar lagi tahun depan hahahha
My name tag
Workshop ini diperuntukkan bagi mahasiswa undergraduate atau master yang suka ataupun sedang melakukan riset atau penelitian dalam bidang apapun. Adapun beberapa persayaratan untuk mengikuti program ini yaitu antara lain:
1. Mengisi form pendaftaran (biasanya diarahkan ke link tertentu oleh institusi bersangkutan)
2. CV
3. Research Paper
4. 3MI Presentation dengan judul "Why international exposure is needed?" (satu slide saja)
5. Surat Rekomendasi dari kepala Lab atau Dosen Pembimbing
6. Sertifikat Bahasa Inggris (TOEFL/IELTS)
7. Transkrip Nilai Bahasa Inggris
8. Paspor/Visa (Untuk mahasiswa asing)

Benefit yang diperoleh peserta selama mengikuti workshop ini yaitu:
1. Scholarship for Student Excursion (ITS Best Participant)
2. Full Program Cost
3. Certificate

Untuk informasi lebih detail biasanya diberikan contact person oleh masing-masing website kampus. Seperti di kampusku bisa datang langsung ke International Office di lantai 1 gedung Rektorat ITS atau bisa ke website https://www.its.ac.id/international/jwgea-2019/ . 

Bagaimana aku bisa ikut program ini? Kenapa aku tertarik? Let me tell you guys...

Dulu seorang temanku pernah menyarankan untuk mengikuti instagram ITS International Office untuk mendapatkan informasi mengenai seputar pertukaran pelajar atau join degree dan kegiatan internasional lainnya. Aku pun mengikuti sarannya. Seiingatku saat itu bulan April dimana aku sedang sangat sibuk menyiapkan paper penelitianku untuk seminar internasional yang merupakan salah satu syarat kelulusan. Nah disuatu hari ketika sedang scrollling instagram, aku menemukan postingan IO mengenai JWGEA. Setelah ku baca dengan seksama, aku cukup memenuhi persyaratan untuk mendaftar. Apalagi saat itu aku juga sedang mengerjakan paper penelitianku. Ketika membaca guide book mengenai rundown acaranya aku semakin bersemangat karena ada trip ke Pantai 3 Warna di Malang. Semakin bulat tekadku untuk mendaftar pada workshop ini.

Singkat cerita, aku mempersiapkan semua persyaratan mulai dari sertifikat TOEFL, CV, surat rekomendasi pembimbing, abstrak paper, dan 3MI presentasi sesuai judul yang diberikan. Deadline pendaftaran waktu itu yaitu 20 Mei. Namun pendaftaran beberapa kali di perpanjang hingga terakhir itu 15 Juni 2019.

Setelah pendaftaran ditutup, seminggu kemudian dikabari melalui email dan whatsapp mengenai waktu dan tempat pelaksanaan seleksi. Awalnya seleksi terdiri dari dua tahap yaitu 3MI presentation dan FGD. Namun di hari seleksi rupanya hanya melaksanakan FGD. Saat itu total peserta sebanyak 12 orang dari berbagai fakultas di ITS yang kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok untuk berdiskusi dengan tema "Internationalization". Sewaktu hari seleksi, aku cukup santai. Aku datang sendirian ke IO sementara peserta lain sepertinya saling mengenal satu sama lain. Karena aku malas berbasa-basi aku diam saja tanpa berkenalan dengan satu orang pun. Hingga ketika pembagian kelompok FGD, seorang perempuan menyapaku mengajak berkenalan. Putri Melati Dewi namanya. Tapi dia biasanya dipanggil PM karena namanya cukup pasaran (PM sendiri yang bilang begitu). Namun sayangnya aku tak satu kelompok dengan PM. Di kelompokku aku berkenalan dengan Wulan dari jurusan sistem informasi, mbak Nela dan mbak Putri dari jurusan teknik fisika. Rupanya teman sekelompok FGD ku adalah orang-orang hebat. Wulan misalnya, mahasiswa asal Bogor ini meskipun masih undergraduate tapi dia perna mengikuti pertukaran pelajar atau summer school di salah satu universitas di Thailand. Begitu juga mbak Nela yang pernah mengikuti program pertukaran pelajar/summer school di Thailand. Mbak Putri juga perna ikut seminar internasional. Mereka keren sekali pikirku. Mbak Nela sangat ramah dan rendah hati meskipun dengan segudang prestasi yang dimilikinya. Mbak Nela memimpin FGD kelompok kami dengan baik. Hal-hal yang kami bahas cukup ringan lebih tepatnya ke sharing pengalaman mereka selama pertukaran pelajar. Karena aku belum pernah, aku hanya mendengarkan dan sesekali memberikan komentar. Kami diberi waktu untuk berdiskusi selama 15-20 menit dan para juri mengamati di sekeliling kami. Setelah selesai panitia mengumumkan bahwa hanya akan mengambil 10 orang saja dan akan dikabari dalam beberapa hari. 

Beberapa hari kemudian aku menerima Email bahwa aku diterima untuk dapat mengikuti porgram JWGEA 2019 kali ini. Aku sanagat senang dan bersemangat. Demi pantai 3 warna, batinku kala itu hahaha. 

Semua rangkaian kegiatan JWGEA selama enam hari telah tertulis jelas di dalam guide book yang dipersiapkan oleh panitia. JWGEA sendiri dilangsungkan dari tanggal 21-26 Juli. Dimana tanggal 21 Juli, hari pertama merupakan hari kedatangan mahasiswa dari luar negeri. Panitia penyelenggara dari IO menyambut kedatangan mereka, mengantar ke penginapan serta makan malam bersama sebagai salam perkenalan dari manajemen IO ITS.
Participant dari Ritsumeikan University, Jepang
Participant dari KMUTT, Thailand


Jujur saja aku sangat bersemangat mengikuti kegiatan ini, oleh karena itu aku tidur cukup cepat malamnya karena takut terlambat. Namun sayangnya, pagi itu aku bangun kesiangan 30 menit sebelum acara dimulai. Ketika aku tiba di gedung rektorat, acara sudah dimulai. 

Hari kedua, Senin 22 Juli 2019, Opening ceremony JWGEA 2019 dimulai dengan tarian tradisional di depan gedung rektorat ITS. Kemudian seluruh peserta diarahkan ke ruang seminar lantai 1 gedung rektorat untuk mengikuti rangkaian acara selanjutnya yaitu introduction dari perwakilan masing-masing universitas.
Seluruh peserta JWGEA 2019

Setelah itu, para student participant dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dimana setiap kelompok terdapat seorang student dari masing-masing universitas. Kelompokku, D1, terdiri dari aku dari ITS, Ammar dari UTM, Nonth dari KMUTT, dan Shinya dari RU. Awalnya aku sempat panik karena kelompokku laki-laki semua namun setelah berkenalan dengan mereka aku menjadi lega karena mereka baik dan ramah meskipun kami sedikit kesulitan berkomunikasi. Aku hanya bisa berkomunikasi dengan lancar dengan Ammar karena Indonesia Malaysia memiliki kemiripan bahasa meskipun tak serupa. Setelah selesai perkenalan, semua peserta menikmati makan siang bersama yang telah disiapkan oleh penyelenggara.


Agenda utama hari pertama merupaka personal development. Tema yang dibahas yaitu 100 years life: it's a gift or curse?. Aku sangat tertarik dengan tema ini. Awalnya aku hanya melihat dari satu sisi saja. Aku berpendapat bahwa jika bisa hidup hingga 100 tahun lamanya, hal itu merupakan suatu anugerah karena diberi waktu yang banyak untuk introspeksi diri. Namun rupanya tidak segampang itu, untuk hidup yang lebih lama maka harus dibuat perencanaan yang matang. Ada 3 stage of life yaitu education life, work life, dan retirement. Jadi harus direncanakan edukasi dari umur berapa sampai berapa, kemudian harus direncanakan juga masa kerja berapa lama agar dapat menikmati masa retirement dengan bahagia. Masa edukasi merupakan masa persiapan sebelum masuk ke dunia kerja. Masa kerja merupakan masa persiapan untuk pensiun. Jadi jika ingin hidup lebih lama, maka harus memperpanjang masa kerja sehingga ketika pensiun dapat hidup dengan tentram dan damai. Hidup 100 tahun lamanya bisa menjadi anugerah jika bisa me-manajemenya dengan baik. Namun sebaliknya bisa menjadi bencana jika tidak dipersiapkan dengan matang.

Setiap kelompok diberi case tertentu yang harus dipecahkan dengan mencari solusi yang tepat dan bisa diaplikasikan secara real. Kelompokku membahas mengenai kesehatan fisik dan mental. Bagaimana pentingnya keseimbangan kesehatan fisik dan mental jika ingin hidup lebih lama. Kami diberi waktu satu jam untuk berdiskusi sambil menikmati cemilan yang disediakan. Setelah itu masing-masing kelompok harus mempresentasikan solusi permasalahan di depan semua peserta workshop.
Ammar, Nonth, Shinya, Me
Ammar, Nonth, Shinya and Me while doing the presentation
Setelah selesai kegiatan personal development, para student diajak untuk mengikuti traditional games dari Indonesia ala 17 Agustus-an (menurutku) yaitu memindahkan karet gelang secara estapet menggunakan sedotan, balap karung estapet, serta tarik tambang. Kelompokku memenangkan lomba balap karung. Rupanya para pria di kelompokku sangat cepat berlari hahaha.
Memindahkan karet gelang dengan sedotan
Balap karung
Nonth takes the prize behalf of us
Hari ketiga, 23 Juli 2019 dengan tema kegiatan research dan akademik. Setiap peserta workshop harus mempresentasikan riset penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan abstrak yang diberikan sewaktu pendaftaran. Aku cukup takjub dengan tema penelitian dari masing-masing peserta yang satu ruangan denganku. Shinya misalnya, dia meneliti mengenai manfaat penggunaan GPS bagi pedestrian di Jepang. Nonth membahas mengenai penyakit TBC dan bagaimana science dapat mendeteksi penyakit secara tepat. Sedangkan Ammar melakukan penelitian pada robot dalam mengenal bahasa isyarat tangan. Aku sendiri mempresentasikan setengah dari penelitian tesisku mengenai path planning autonomous mobile robot. Aku belajar banyak dari presentasi kali ini. Banyak ilmu yang kudapatkan. Setelah presentasi riset, kegiatan selanjutnya yaitu site visit ke green kampong di daerah Genteng. Namun sayangnya aku tidak bisa ikut karena harus bimbingan dengan dosenku :(. Oh iya, setelah presentasi riset, Ammar harus kembali ke Malaysia karena ada kegiatan yang harus dilakukan. Kelompokku hanya tinggal bertiga saja.
Site Visit oleh teman-teman peserta workshop
Hari keempat, 24 Juli 2019, dimana para peserta harus melakukan kunjungan kebeberapa tempat untuk mengamati dan memecahkan mengenai permasalahan solid waste management. Setiap tim diberi budget seratus ribu rupiah yang bisa digunakan selama kunjungan. Peserta diberi waktu kunjungan atau pengamatan dari jam 10-12.30 AM. Untungnya kelompokku hanya harus berkeliling di area seputar kampus ITS untuk mengamati permasalahan solid waste management. Aku, Nonth, Shinya, dan seorang panitia yang bernama Verin mengunjungi fakultas Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Teknik Arsitektur, Teknik Mesin, dan Teknik Elektro. Kami mengamati bagaimana masing-masing fakultas me-manajemen sampah di lingkungannya. Setelah berkeliling, Fakultas teknik sipil memiliki pengolahan sampah yang paling baik. Begitu banyak tempat sampah yang disediakan dengan pembagian tempat sampah yang jelas yaitu Recycle, Non recycle dan Food waste. Site visit kelompokku lebih kearah campus touring. Aku dan Verin berkeliling dari Teknik Sipil hingga Teknik Elektro memperkenalkan lingkungan kampus kepada Nonth dan Shinya. Hari itu aku cukup tertolong oleh Verin. Aku, Nonth, dan Shinya tidak cukup fasih dalam bahasa inggris sehingga Verin membantuku menjelaskan kepada mereka berdua. Setelah dirasa mendapatkan data yang cukup kami segera kembali ke perpustakaan, venue kegiatan hari itu. Shinya mengajak kami berfoto di depan perpustakaan di tengah terik matahari siang itu.

Berfoto di depan perpustakaan ITS
Setelah menikmati santap siang, masing-masing kelompok berdiskusi mengenai permasalahan dan solusi yang diberikan atas site visit yang telah dilakukan. Kelompokku membahas mengenai kemalasan mahasiswa membuang sampah pada tempatnya padahal kampus telah menyediakan tempat sampah yang cukup banyak.
Discussion time
Setelah waktu diskusi yang diberikan habis, masing-masing kelompok mempresentasikan permasalahan dan solusi yang diberikan. Untuk mengatasi kemalasan mahasiswa membuang sampah pada tempatnya di kampus, kelompokku menawarkan solusi sistem reward and punishment.

Penutupan seluruh kegiatan JWGEA juga dilaksanakan hari ini. Setelah presentasi, para peserta menuju ke restaurant untuk menikmati santap malam bersama seluruh panitia JWGEA 2019.  Pada acara penutupan, perwakilan dari masing-masing universitas memberikan kesan-kesan selama mengikuti JWGEA dan tinggal di Surabaya beberapa hari terakhir. 
Farewell dinner


Seluruh peserta JWGEA 2019
Hari kelima, 25 Juli 2019 merupakan hari bersenang-senang setelah tiga hari sebelumnya fokus kepada kegiatan akademic dan social community. Hal ini juga alasan utamaku untuk mengikuti workshop ini, yaitu trip ke Pantai Tiga Warna di Kabupaten Malang. Karena tulisan kali ini sudah cukup panjang, sepertinya trip ke Tiga Warna akan ku buat satu post sendiri.

to be continued...