Instagram

Wednesday, February 24, 2016

Badai Telah Berlalu

Mungkin judul di atas sangat pas untuk menggambarkan kelegaan dan kelapangan yang kurasakan saat ini. Bagaimana tidak? setelah enam bulan berkutat dengan tugas akhir yang bisa dibilang sebagai momok bagi setiap mahasiswa, akhirnya sekarang beban yang terasa beribu ton itu terangkat jua. Tawa canda serta linangan air mata menjadi bumbu dalam prosesnya. Fiuuuuuuhhhhhhhh. Lega. Benar-benar lega. 

Agustus tahun lalu, aku dan teman-teman seperjuangan mulai kasak-kusuk mencari judul dan referensi untuk mempersiapkan proposal tugas akhir yang akan diseminarkan. Beruntung aku mendapat partner tugas akhir yang ciamik. Kami banyak berdiskusi mulai dari judul, metode, referensi, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menunjang kelancaran tugas akhir kami berdua. Dosen pembimbing? jangan ditanya, beliau salah satu dosen favorit kami, karena disetiap mata kuliahnya kami berdua mendapatkan nilai sempurna. Bahkan beliau sendiri memilih kami untuk menjadi bimbingannya. Awalnya, aku agak terkejut ketika mengetahui hal itu. Tidak tahu harus senang atau sedih. Namun setelah ku pikir-pikir lagi, ini sebuah jalan bagus. He is definitely a killer lecturer, bagi mahsiswa lain tapi tidak bagi kami haha. Beberapa kali setelah bimbingan dengan beliau, aku dan partnerku memutuskan untuk mengunjungi sebuah museum agar lebih mengetahui kondisi real dari topik yang akan kami bahas. Kota tempatku bermukim sekarang memiliki salah satu museum yang terkenal yaitu museum Balaputradewa. Sebenarnya ini kali pertama aku dan partnerku mengunjungi sebuah museum, baik untuk wisata maupun untuk pendidikan. Kami sangat sangat sangat takjub dengan koleksi museum itu. Berbagai macam benda prasejarah terdapat di dalamnya, mulai dari prasasti , kain tenun dan alatnya, dan masih banyak lagi. Aku dan partnerku cukup terkejut ketika salah seorang petugas museum memberi tahu kami bahwa gambar rumah yang terdapat di mata uang Rp 10.000,- merupakan rumah yang ada di depan kami saat ini. Well, hal itu cukup untuk membuatku dan partnerku  mengabadikan rumah itu dalam kamera.


Rumah Limas yang terdapat di mata uang Sepuluh Ribu rupiah
Sayang seribu sayang, proposal yang telah kami rampungkan selama dua bulan, kena tolak saat seminar proposal di akhir bulan Oktober. Alhasil, aku dan partnerku harus berpisah jalan, kami diberikan tugas (judul) yang baru, yang artinya kami harus jalan sendiri-sendiri. Bapak tega sekali, apa artinya bimbingan selama dua bulan itu pak? hiksss. 

Seminar Proposal 24 Oktober 2015
Sometimes, you have a twist in your story. Hey, mungkin para penguji seminar proposal kemarin bermaksud memudahkan jalan kami. Apakah topik yang kami angkat cukup rumit? tidak juga, menurutku. Kami cukup menguasai materinya. Namun apadaya, bagi mereka ilmu kami akan sia-sia jika hanya membahas topik tersebut.

November, Aku sibuk memperbaiki proposal dan mulai mencari referensi mengenai topik baru yang diberikan kepadaku. Dosbing kedua, yang tiba-tiba kuperoleh saat seminar proposal, cukup membantuku. Beliau mengarahkanku pada satu topik. Berminggu-minggu aku mencari referensi. Bertanya sana-sini (bahkan sampai Surabaya) haha. Sayang, aku tak sanggup menguasai topik itu. Dosbing kedua mengarahkanku pada topik yang lebih mudah (bagi beliau sangat mudah). Namun bagiku tetap saja topik itu membuat kepalaku keriting dan air mataku berlinang kesana-kemari. haha.

Desember, setelah menyelesaikan semua ujian akhir semester, aah iya semester tersebut aku masih memiliki 5 mata kuliah yang harus ku ikuti disamping mempersiapkan tugas akhirku tentunya. Dibulan inilah tangisku pecah. Malu. Sangat malu kalau diingat kembali kejadian itu. Menangis di gedung D sampai di kantin. Teman-temanku cukup prihatin melihat kondisiku saat itu. Aku menangisi tugas akhirku sehari semalam, alhasil besoknya seharian mataku bengkak. Well, cukup sekali aku seperti itu. Jangan sampai terulang lagi.

Libur semester dan libur akhir tahun. Aku pulang ke kampung halaman. Pulang menyegarkan jasmani dan rohani. Alhasil, aku cukup terlena dengan liburan itu. Laporan tugas akhirku tak kusentuh untuk waktu yang cukup lama. Liburan ya libur, pikirku. Januari ketika kembali ke kota Ampera, aku dan teman-temanku sibuk berburu dosen pembimbing, yang ditemui untuk bimbingan, bisa dibilang sangat sulit. Kurasa mereka lebih sulit ditemui dari seorang Presiden sekalipun. Mereka hanya ke kampus di hari mereka ngajar di kelas. Hanya beberapa jam di hari tersebut. Jika kami tidak datang dihari itu, maka kamu harus menunggu minggu selanjutnya. Menyedihkan? Sangat. Mereka juga menolak untuk ditemui di rumah. Lengkap sudah penderitaan kami. Tapi, kami tidak menyerah. Rasa malu, takut, ataupun gengsi, kurasa tak lagi kami miliki. Duduk di depan gedung kuliah dari pagi sampai magrib. Mengirim pesan singkat yang tak digubris beliau-beliau. telepon-telepon yang diacukan beliau-beliau. Well, kalau mengingat masa-masa itu sekarang, hanya bisa tersenyum simpul.

10 Februari 2016, Yeaaah akhirnya seminar hasil. Kali ini kami berdelapan. Delapan mahasiswa seperjuangan, senasib dan sepenanggungan.

Setelah syukuran di Bukit Golf 
16 Februari 2016, Sidang Sarjana ! Akhirnya hari itu tiba juga. Kami para wanita diharuskan mengenakan kebaya, salah satu ciri khas budaya Indonesia. Kita sebagai anak muda harus melestarikan budaya bangsa, bukan?. Sementara itu, para pria gagah di atas, harus mengenakan pakaian resmi mereka. Jadilah kami hari itu layaknya tuan dan nyonya yang akan kondangan. haha. Alhamdulilah, berkat usaha dan doa, kami melewati hari itu dengan senyuman. Sarjana. Akhirnya. Sarjana. Alhamdulilah.

Setelah syukuran di Saoenk Kito, Demang.
This is my journey, good people ! Berusahalah dan terus berusaha, walau sesulit apapun, Inshallah ada jalan. Allah itu tidak tidur teman, Allah tidak memberikan suatu cobaan yang tidak sanggup kamu lakukan. Semuanya butuh proses, ada usaha dan doa yang mengiringinya, serta terdapat tawa canda yang membumbuinya. Positive thinking, keep survive and stay strong Good People :)))

Tuesday, February 02, 2016

Rumput tetangga (selalu) kelihatan lebih hijau ?

Haha. Awalnya aku tertawa mendengar kalimat itu. 
Kalimat itu merupakan motto dari salah satu iklan rokok, dengan gambar kambing, yang kuingat benar aku lihat di baliho salah satu jalan protokol kota Padang dahulu kala. Konyol? Mungkin. Sedikit banyak aku mulai paham kalimat itu. Well, setidaknya atau mungkin aku memaknai kalimat itu berbeda dengan iklan rokok itu.

Pada umumnya, kalimat itu menunjukkan sifat manusia yang tidak pernah puas, selalu ingin lebih, lebih, dan lebih. Awalnya kupikir itu bagus, jadi seseorang tidak hanya akan jalan di tempat dalam hidupnya. Tapi pada akhirnya, hal itu justru menjurus ke rasa iri, yang ujung-ujungnya buat merana diri sendiri. Di saat kita stuck di suatu tempat atau di suatu hal, kita lirik kiri-kanan, dan ternyata orang lain justru sedang enjoy sekali menikmati hidup mereka. Rumput tetangga lebih hijau kah? Mungkin.

Kesibukan mengintip kehidupan orang lain, hanya membuang waktu saja. Kita sendiri yang merana pada akhirnya. Mereka beginilah. Dia begitulah. Bla bla bla. Setelah melihat itu semua, apa yang kita rasa? menciut, terasa kecil, minder, kurang beruntung, dan bisa jadi sial. 
Suddenly, many questions came up to your mind. 
"What's wrong with me? "
"Why i'm still doing this?"
"Is that all i can do?"

Haha. Have you ever ask this questions to yourself? Yes i have. 
When i see many people  doing well in their life. They're so easy to get job. Travelling everywhere. Trying something new. Hang out at the weekend. Do you know where am i at that moment? just lock the door and sleep along day in my room. Pathetic ! yeah, i know. Somehow, i begin asking to myself. 
"hey girl, what are you doing?"
"Is that the right way?"
"What if you make a wrong choice?"

I tell my friend about my concern. And thanks God, they're always supporting me. I have no doubt anymore. People is different, so life is. My concern just came up when i see other people's life and i don't grateful what i've been through to stand in this place right now. So, stop complaining, stop looking at the other's life, stop thinking that neighbour's is better, and the most important thing is be a grateful person. Cheer Up !