Banyak sekali yang telah terjadi selama tahun 2020. Mulai dari pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh dunia, lockdown yang diberlakukan diberbagai negara, hingga lumpuhnya sebagian besar perekonomian di dunia.
Desember 2019, mulai muncul kabar mengenai virus mematikan jenis baru yang menyerang manusia yang diduga berasal dari pasar hewan di Kota Wuhan, Republik Rakyat Cina. Kota Wuhan di lockdown Pemerintah RRC selama kurang lebih 3 bulan untuk mengurangi penyebaran Covid-19, namun sayangnya kebijakan tersebut tak mampu membendung serangan Covid-19. Indonesia sendiri diawal tahun masih santai dan kurang waspada akan virus tersebut. Dengan anggpan bahwa virus tersebut tidak akan menyerang Indonesia dalam waktu dekat. Aku pun awal Januari masih pergi ke Jakarta untuk mengikuti test kerja di salah satu perguruan tinggi swasta di sana. Januari kala itu, Kita semua masih bebas bepergian tanpa khawatir sedikitpun, tanpa harus was-was terkena virus itu, dan tanpa harus mengenakan masker seperti sekarang ini. Banyak candaan yang muncul mengenai Covid-19 kala itu.
"Virus itu tidak mungkin sampai ke Indonesia karena bla...bla..bla..."
Awal Februari mulai ada ke khawatiran karena Covid-19 mulai menyerang beberapa Kota di RRC hingga berbagai negara di dunia. Italia merupakan negara Eropa yang awalnya sangat terdampak karena peningkatan kasus terpapar yang sangat tinggi. Namun kita di Indonesia masih cukup santai meskipun sesekali was-was ketika melihat berbagai berita di media masssa. Aku masih beraktifitas seperti biasanya. Akhir Februari, pelaksanaan tes SKD CPNS. Semuanya berjalan dengan lancar. Proses test masih secara offline karena diyakini Covid-19 masih belum menyerang Indonesia. Perekonomian negara ini pun masih terbilang normal. Semuanya masih berjalan seperti biasanya.
Namun Indonesia dikagetkan dengan muncul kasus pertama Covid-19. Semua orang mulai panik. Selama beberapa hari terjadi panic buying. Orang-orang mulai berburu kebutuhan pokok, maupun medis seperti masker dan hand sanitizer yang menyebabkan kelangkaan karena ulah oknum nakal yang menimbun masker dan hand sanitizer. Kala itu Pemerintah cukup tanggap dengan segera mengisolasi pasien dan melakukan tracking terhadap orang-orang yang sempat kontak dengan pasien guna mencegah penyebaran lebih jauh lagi.
Awal bulan Maret, Aku kembali ke Jakarta untuk interview di salah satu perguruan tinggi swasta. Saat itu mulai diberlakukan protokol kesehatan seperti menggunakan masker jika keluar rumah. Aku di Jakarta selama lima hari. Seminggu setelah kembali ke Surabaya, mulai terjadi kepanikan di negeri tercinta ini. Sekolah-sekolah dan kampus-kampus pun diliburkan, serta perkantoran memberlakukan work from home untuk menghindari penyebaran Covid-19. Pemerintah menyarankan agar tidak keluar rumah dan menjauhi kerumunan. Protokol kesehatan 3M pun mulai diberlakukan yaitu mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjauhi kerumunan. Orang-orang pun takut untuk beraktifitas di luar rumah. Jalan-jalan raya pun sepi. Tempat-tempat usaha pun banyak yang tutup. Semua orang seolah kehilangan harapan.
WHO pun menyatakan Covid-19 sebagai pandemi karena penyebarannya yang sangat cepat dan tidak terkendali. Pandemi ini melumpuhkan perekonomian dunia. Banyak terjadi PHK. Makin banyak pengangguran karena minimnya lowongan pekerjaan. Pemerintah Indonesia berusaha keras membantu masyarakatnya melalui berbagai macam bantuan. Untuk mencegah penyebaran virus ini, hampir semua provinsi memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Himbauan dilarang mudik Hari Raya Idul Fitri pun dikeluarkan oleh pemerintah. Bandara, terminal, stasiun dan angkutan umum lainnya dilarang beroperasi.
Aku bertahan di Surabaya kala itu. Tidak ada yang berubah. Sama seperti biasanya. Tidak bisa pulang kampung lagi. Bukan masalah besar bagiku karena media telekomunikasi saat ini cukup canggih untuk mengobati kerinduan pada keluarga di kampung halaman. Untuk ketiga kalinya merayakan Hari Raya Idul Fitri di Kosan. Tapi tahun 2020 berbeda, ada beberapa orang yang bernasib sama denganku, tidak bisa kemana-mana.
Selama PSBB aku mulai melakukan berbagai hal seperti memasak kebutuhan makanan sendiri karena masih takut untuk membeli makanan di luar. Mulai dari memasak makanan yang sederhana seperti tumis, rebus, dan goreng hingga memasak gulai seperti di rumah. Aku dan teman-teman kos menemukan ide-ide memasak baru setiap harinya. Pandemi ini menjadikan kami lebih dekat karena lebih sering berkumpul. makan, dan berbincang bersama. Lebih mengenal satu sama lainnya. Selain itu, untuk mejaga agar tubuh tetap bugar, kami juga olahraga di rumah. Terkadang senam bersama di balkon kosan atau pun workout di kamar masing-masing. Setiap orang berusaha keras menjaga agar imunitas tubuh tidak menurun.
Semua orang bertanya-tanya kapan pandemi ini akan berakhir. Berharap setelah tiga bulan sejak pandemi ditetapkan oleh WHO, dunia sudah kembali normal. Tidak persis sama seperti dahulu kala, namun setidaknya pandemi ini menghilang selama-lamanya. Semua orang bisa beraktifitas sebelumnya. Perekonomian dunia diharapkan juga membaik.
New normal atau kebiasaan baru ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagian besar kebijakan terkait pencegahan terhadap penyebaran Covid-19. Setiap keluar rumah harus mengenakan masker tiga lapis. Mencuci tangan sebelum masuk ke tempat-tempat umum. Sekarang ini hampir setiap tempat umum menyediakan hand sanitizer atau tempat mencuci tangan serta pengencekan suhu tubuh. Pemerintah juga melarang untuk berkerumun atau membuat keramaian. Tentu saja kebijakan pemerintah ini, khususnya yang terakhir sangat berdampak bagi pengusaha food and beverages. Mereka harus membatasi jam operasional dan jumlah pengunjung. Padahal dimasa-masa sulit seperti ini, pengusaha membutuhkan pemasukan untuk membayar gaji para karyawannya dan tidak terjadi PHK. Ditengah kondisi seperti sekarang ini, semua orang berjuang untuk bertahan hidup. Banyak sekali kisah-kisah yang sering dibagikan diberbagai media sosial tentang bagaimana orang-orang berusaha untuk tetap dapat mengasapi dapurnya. Banyak karyawan-karyawan yang terkena PHK akhirnya banting setir membuka berbagai macam usaha.
Namun pandemi ini juga mendatangkan berkah lain bagi penjual sepeda. Sejak Covid-19 merebak, orang-orang berusaha agar tetap bugar. Dan olahraga bersepeda menjadi sangat digemari. Tentu saja hal ini mendatangkan keuntungan tersendiri bagi para penjual sepeda. Harga sepeda pun melambung tinggi.
Selain itu, bisnis online juga menjamur dan mendatangkan berkah tersendiri. E-commerce seperti Shopee atau Tokopedia serta Start-Up seperti Gojek atau Grab banyak sekali digunakan. Jasa pengiriman sendiri mengakui bahwa terjadi peningkatan pengiriman. Belanja online menjadi sangat digemari bahkan menjadi kebutuhan tersendiri karena orang-orang masih takut untuk keluar rumah. Tidak hanya belanja saja yang online, namun pembelajaran pun dilakukan secara daring. Sekolah-sekolah dan kampus-kampus masih ditutup. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah saja. Para siswa dan pengajar tatap muka melalui daring.
Sepanjang 2020, banyak sekali hal-hal yang berubah. Semuanya menyesuaikan antara keadaan dan kebutuhan sehingga memaksa untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Sekolah online contohnya, seolah-olah sulit terwujud dahulu kala, namun kini justru menjadi satu-satunya cara agar dunia pendidikan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pandemi ini mendorong umat manusia membangkitkan rasa ingin bertahan hidup dalam dirinya. Semua orang berusaha mencari solusi dari setiap masalah yang muncul akibat pandemi. Meskipun pandemi ini merupakan musibah bagi seluruh manusia di muka bumi ini, namun ada hikmah dibaliknya. Menyadarkan orang-orang agar selalu menjaga kebersihan dan kesehatan.
Dimanapun kamu berada, bumi ini sedang sakit, bertahanlah, kita semua bisa melalui ini :).
No comments:
Post a Comment