Instagram

Tuesday, January 26, 2021

2020: Apa kamu baik-baik saja seperti aku?

    

    Banyak sekali yang telah terjadi selama tahun 2020. Mulai dari pandemi Covid-19  yang menyerang seluruh dunia, lockdown yang diberlakukan diberbagai negara, hingga lumpuhnya sebagian besar perekonomian di dunia.

    Desember 2019, mulai muncul kabar mengenai virus mematikan jenis baru yang menyerang manusia yang diduga berasal dari pasar hewan di Kota Wuhan, Republik Rakyat Cina. Kota Wuhan di lockdown Pemerintah RRC selama kurang lebih 3 bulan untuk mengurangi penyebaran Covid-19, namun sayangnya kebijakan tersebut tak mampu membendung serangan Covid-19. Indonesia sendiri diawal tahun masih santai dan kurang waspada akan virus tersebut. Dengan anggpan bahwa virus tersebut tidak akan menyerang Indonesia dalam waktu dekat. Aku pun awal Januari masih pergi ke Jakarta untuk mengikuti test kerja di salah satu perguruan tinggi swasta di sana. Januari kala itu, Kita semua masih bebas bepergian tanpa khawatir sedikitpun, tanpa harus was-was terkena virus itu, dan tanpa harus mengenakan masker seperti sekarang ini. Banyak candaan yang muncul mengenai Covid-19 kala itu.

"Virus itu tidak mungkin sampai ke Indonesia karena bla...bla..bla..."

    Awal Februari mulai ada ke khawatiran karena Covid-19 mulai menyerang beberapa Kota di RRC hingga berbagai negara di dunia. Italia merupakan negara Eropa yang awalnya sangat terdampak karena peningkatan kasus terpapar yang sangat tinggi. Namun kita di Indonesia masih cukup santai meskipun sesekali was-was ketika melihat berbagai berita di media masssa. Aku masih beraktifitas seperti biasanya. Akhir Februari, pelaksanaan tes SKD CPNS. Semuanya berjalan dengan lancar. Proses test masih secara offline karena diyakini Covid-19 masih belum menyerang Indonesia. Perekonomian negara ini pun masih terbilang normal. Semuanya masih berjalan seperti biasanya.

    Namun Indonesia dikagetkan dengan muncul kasus pertama Covid-19. Semua orang mulai panik. Selama beberapa hari terjadi panic buying. Orang-orang mulai berburu kebutuhan pokok, maupun medis seperti masker dan hand sanitizer yang menyebabkan kelangkaan karena ulah oknum nakal yang menimbun masker dan hand sanitizer. Kala itu Pemerintah cukup tanggap dengan segera mengisolasi pasien dan melakukan tracking terhadap orang-orang yang sempat kontak dengan pasien guna mencegah penyebaran lebih jauh lagi.

    Awal bulan Maret, Aku kembali ke Jakarta untuk interview di salah satu perguruan tinggi swasta. Saat itu mulai diberlakukan protokol kesehatan seperti menggunakan masker jika keluar rumah. Aku di Jakarta selama lima hari. Seminggu setelah kembali ke Surabaya, mulai terjadi kepanikan di negeri tercinta ini. Sekolah-sekolah dan kampus-kampus pun diliburkan, serta perkantoran memberlakukan work from home untuk menghindari penyebaran Covid-19. Pemerintah menyarankan agar tidak keluar rumah dan menjauhi kerumunan. Protokol kesehatan 3M pun mulai diberlakukan yaitu mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjauhi kerumunan. Orang-orang pun takut untuk beraktifitas di luar rumah. Jalan-jalan raya pun sepi. Tempat-tempat usaha pun banyak yang tutup. Semua orang seolah kehilangan harapan.

    WHO pun menyatakan Covid-19 sebagai pandemi karena penyebarannya yang sangat cepat dan tidak terkendali. Pandemi ini melumpuhkan perekonomian dunia. Banyak terjadi PHK. Makin banyak pengangguran karena minimnya lowongan pekerjaan. Pemerintah Indonesia berusaha keras membantu masyarakatnya melalui berbagai macam bantuan. Untuk mencegah penyebaran virus ini, hampir semua provinsi memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Himbauan dilarang mudik Hari Raya Idul Fitri pun dikeluarkan oleh pemerintah. Bandara, terminal, stasiun dan angkutan umum lainnya dilarang beroperasi.

    Aku bertahan di Surabaya kala itu. Tidak ada yang berubah. Sama seperti biasanya. Tidak bisa pulang kampung lagi. Bukan masalah besar bagiku karena media telekomunikasi saat ini cukup canggih untuk mengobati kerinduan pada keluarga di kampung halaman. Untuk ketiga kalinya merayakan Hari Raya Idul Fitri di Kosan. Tapi tahun 2020 berbeda, ada beberapa orang yang bernasib sama denganku, tidak bisa kemana-mana.

    Selama PSBB aku mulai melakukan berbagai hal seperti memasak kebutuhan makanan sendiri karena masih takut untuk membeli makanan di luar. Mulai dari memasak makanan yang sederhana seperti tumis, rebus, dan goreng hingga memasak gulai seperti di rumah. Aku dan teman-teman kos menemukan ide-ide memasak baru setiap harinya. Pandemi ini menjadikan kami lebih dekat karena lebih sering berkumpul. makan, dan berbincang bersama. Lebih mengenal satu sama lainnya. Selain itu, untuk mejaga agar tubuh tetap bugar, kami juga olahraga di rumah. Terkadang senam bersama di balkon kosan atau pun workout di kamar masing-masing. Setiap orang berusaha keras menjaga agar imunitas tubuh tidak menurun.

    Semua orang bertanya-tanya kapan pandemi ini akan berakhir. Berharap setelah tiga bulan sejak pandemi ditetapkan oleh WHO, dunia sudah kembali normal. Tidak persis sama seperti dahulu kala, namun setidaknya pandemi ini menghilang selama-lamanya. Semua orang bisa beraktifitas sebelumnya. Perekonomian dunia diharapkan juga membaik.

    New normal atau kebiasaan baru ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagian besar kebijakan terkait pencegahan terhadap penyebaran Covid-19. Setiap keluar rumah harus mengenakan masker tiga lapis. Mencuci tangan sebelum masuk ke tempat-tempat umum. Sekarang ini hampir setiap tempat umum menyediakan hand sanitizer atau tempat mencuci tangan serta pengencekan suhu tubuh. Pemerintah juga melarang untuk berkerumun atau membuat keramaian. Tentu saja kebijakan pemerintah ini, khususnya yang terakhir sangat berdampak bagi pengusaha food and beverages. Mereka harus membatasi jam operasional dan jumlah pengunjung. Padahal dimasa-masa sulit seperti ini, pengusaha membutuhkan pemasukan untuk membayar gaji para karyawannya dan tidak terjadi PHK. Ditengah kondisi seperti sekarang ini, semua orang berjuang untuk bertahan hidup. Banyak sekali kisah-kisah yang sering dibagikan diberbagai media sosial tentang bagaimana orang-orang berusaha untuk tetap dapat mengasapi dapurnya. Banyak karyawan-karyawan yang terkena PHK akhirnya banting setir membuka berbagai macam usaha.

    Namun pandemi ini juga mendatangkan berkah lain bagi penjual sepeda. Sejak Covid-19 merebak, orang-orang berusaha agar tetap bugar. Dan olahraga bersepeda menjadi sangat digemari. Tentu saja hal ini mendatangkan keuntungan tersendiri bagi para penjual sepeda. Harga sepeda pun melambung tinggi.

    Selain itu, bisnis online juga menjamur dan mendatangkan berkah tersendiri. E-commerce seperti Shopee atau Tokopedia  serta Start-Up seperti Gojek atau Grab banyak sekali digunakan. Jasa pengiriman sendiri mengakui bahwa terjadi peningkatan pengiriman. Belanja online menjadi sangat digemari bahkan menjadi kebutuhan tersendiri karena orang-orang masih takut untuk keluar rumah. Tidak hanya belanja saja yang online, namun pembelajaran pun dilakukan secara daring. Sekolah-sekolah dan kampus-kampus masih ditutup. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah saja. Para siswa dan pengajar tatap muka melalui daring. 

    Sepanjang 2020, banyak sekali hal-hal yang berubah. Semuanya menyesuaikan antara keadaan dan kebutuhan sehingga memaksa untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Sekolah online contohnya, seolah-olah sulit terwujud dahulu kala, namun kini justru menjadi satu-satunya cara agar dunia pendidikan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pandemi ini mendorong umat manusia membangkitkan rasa ingin bertahan hidup dalam dirinya. Semua orang berusaha mencari solusi dari setiap masalah yang muncul akibat pandemi. Meskipun pandemi ini merupakan musibah bagi seluruh manusia di muka bumi ini, namun ada hikmah dibaliknya. Menyadarkan orang-orang agar selalu menjaga kebersihan dan kesehatan. 

Dimanapun kamu berada, bumi ini sedang sakit, bertahanlah, kita semua bisa melalui ini :).

     

     

   


Thursday, September 03, 2020

Dapur Yuk Tami: "Kelepon"

Beberapa waktu yang lalu, ditengah pandemi yang entah kapan berakhir, tiba-tiba muncul berita yang menyatakan bahawa kelepon merupakan makanan yang tidak islami. Aku yang sangat menggemari makanan tradisional, tentu saja terkejut dengan kabar tersebut. Kelepon salah satu cemilan favoritku. Untungnya kabar tersebut hanyalah hoax belaka yang sempat disalah artikan.

Kelepon merupakan salah satu jenis jajanan pasar tradisional Indonesia yang berbentuk bola-bola kecil yang terbuat dari tepung ketan dan berisi gula merah serta dilumuri parutan kelapa. Biasanya kelepon berwana hijau.

Aku jadi berselancar di dunia maya mengenai kelepon karena berita hoax tersebut. Ternyata cukup mudah dan simpel membuatnya. Aku pun mencoba.

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain :

1. Tepung ketan 250 gram

2. Tepung tapioka 50 gram 

3. Kelapa parut secukupnya

4. Gula merah secukupnya

5. Pewarna makanan (pandan/hijau)

6. Air panas secukupya

Cukup murah dan mudah didapat bahan-bahannya bukan? Langkah-langkah membuatnya pun cukup mudah, yaitu:

1. Campurkan tepung ketan dan tepung tapioka

2. Masukkan tiga tetes pewarna makanan ke air panas

3. Tuang air panas tersebut sedikit demi sedikit  ke campuran tepung, lalu aduk hingga diperoleh adonan yang tidak lengket

4. Kukus parutan kelapa selama kurang lebih 5 menit, angkat dan taruh di wadah mangkuk atau piring

5. Panaskan air untuk merebus kelepon

6. Bentuk adonan menjadi bola-bola kecil, kemudian isi dengan gula merah yang sudah dipotong halus kecil-kecil

7. Masukkan bola-bola kecil kelepon tersebut ke dalam air yang telah mendidih, tunggu hingga kelepon mengapung, lalu angkat dan tiriskan

8. Baluri kelepon dengan kukusan kelapa parut

9. Hidangkan dan kelepon siap dinikmati

  

Kelepon termasuk cemilan murah dan mudah dibuat. Rasanya pun manis dan sesuai untuk semua usia. Selamat mencoba :)

Thursday, July 23, 2020

Dapur Yuk Tami: "Tumis Brokoli"

Hai temen-temen, pada suka brokoli gak sih?

Brokoli itu salah satu sayuran hijau yang berasal dari Italia dan termasuk keluarga tanaman kubis. Banyak sekali manfaat dan nutrisi dari sayur brokoli, antara lain:

1. Mengandung vitamin dan mineral
    • Memenuhi kecukupan vitamin C dan K secara keseluruhan (100%),  kebutuhan folat sekitar 42%, vitamin B5, A, B2, B6, E dan kolin sekitar 13-19%, serta vitamin B1 dan B3 sekitar 5-8% dari kebutuhan harian.
    • Memenuhi kebutuhan chromium sekitar 53%, fosfor dan mangan sekitar 15%, potassium dan tembaga sekitar 11 -13%, serta magnesium, zinc, zat besi, kalsium dan selenium sekitar 5-8% kebutuhan harian. 
2. Sebagai sumber makanan anti kanker
    • Kandungan brokoli yang dapat berperan sebagai zat anti kanker yaitu fito-nutrien, vitamin C, A, dan E serta mineral seperti potassium dan selenium. Kandungan nutrisi tersebut dapat berperan sebagai antioksidan dan membantu metabolisme oksigen dan mencegah inflamasi pada tingkat sel yang merupakan fase awal dari perkembangan kanker.
3. Detoksifikasi tubuh
    • Kandungan vitamin C yang tinggi dan sulfur dalam brokoli membantu mengurangi racun dalam darah yang menyebabkan gatal-gatal, ruam, gout, artritis, dan rematik.
4. Meningkatkan kesehatan kulit
    • Kandungan vitamin C, vitamin B kompleks dan vitamin E membantu dalam mengganti jaringan kulit yang rusak, sedangkan vitamin A dan K serta folat berfungsi sebagai pencerah kulit. Brokoli juga memiliki berbagai fito-nutrien yang mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari.
5. Menjaga kesehatan pencernaan
6. Menguatkan daya tahan tubuh
7. Menjaga kesehatan pembuluh darah

Namun untuk mendapatkan kandungan nutrisi dari brokoli, beberapa hal harus diperhatikan dalam mengolahnya, antara lain:
  1. Sebelum dimasak, sebaiknya brokoli di rendam terlebih dahulu dengan air garam selama 30 menit, lalu cuci bersih dengan air dingin.
  2. Hindari memasak brokoli terlalu lama. Rebuslah sekitar 20 menit saja. Jika menggunakan microwave cukup 3 menit dan jika ditumis cukup 5 menit saja.
  3. Untuk mendapatkan kandungan nutrisi brokoli yang paling baik adalah dengan memakan mentah atau dihidangkan dalam bentuk salad
  4. Pengolahan brokoli dengan suhu tinggi dapat merusak kandungan nutrisi didalamnya
Nah aku baru-baru ini mulai menggandrungi sayur brokoli. Biasanya ku masak dengan dicampur ke dalam sup. Tapi beberapa hari lalu, aku melihat resep tumis brokoli di Youtube dan ternyata lebih enak ditumis pedas gitu. Rasa pahit dari brokoli cocok sekali dengan rasa pedas dari cabai.  

Adapun bahan-bahan yang kugunakan untuk menumis brokoli yaitu:
  • Brokoli
  • Sosis

Menurut resep di Youtube yang ku peroleh, Bagian batang brokoli bisa ikut ditumis juga. Jadi bersihkan bagian batangnya, dikupas lalu dipotong-potong sesuai selera. Sayang banget kan kalau batangnya terbuang begitu aja. 

Sedangkan bumbu-bumbu yang kugunakan antara lain:
  • Bawang merah 4 siung
  • Bawang putih 2 siung
  • Bawang bombay
  • Cabai rawit 7 butir
  • Garam dan kaldu bubuk secukupnya
  • Saori saos tiram 


Berikut langkah-langkah menumis brokoli sosis pedas:
  1. Potong brokoli sesuai selera lalu rendam ke dalam air garam, lalu cuci bersih dengan air dingin, kemudian tiriskan. Ada baiknya memotong brokoli menjadi ukuran lebih kecil sebelum dicuci karena ketika memotong bisa terlihat jika ada ulat atau semacamnya.
  2. Potong sosis menjadi ukuran kecil-kecil sesuai selera.
  3. Cuci bersih bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit, kemudian haluskan.
  4. Sementara itu, setelah dicuci bersih, bawang bombay cukup dipotong-potong saja.
  5. Panaskan sedikit minyak goreng, lalu masukkan bawang bombay dan bumbu halus. Tumis hingga harum.
  6. Kemudian masukkan brokoli dan sosis, lalu aduk rata.
  7. Tambahkan garam, saori dan kaldu secukupnya,
  8. Tumis hingga brokoli layu (jangan terlalu lama)
  9. Angkat dan sajikan
Tumis brokoli sosis pedas

Gimana tekstur batang brokolinya? apakah keras? tentu saja tidak. Meskipun waktu menumisnya tidak lama, tapi brokolinya sudah matang dan teksturnya crunchy. Rasa sedikit pahit dari brokoli sangat cocok dengan pedasnya cabai. 
Sangat simpel bukan? selamat mencoba dan selamat berkreasi :)   

Saturday, July 18, 2020

Dapur Yuk Tami: "Bihun Udang Goreng Pedas"

Hai teman-teman semua, apa kabarnya nih? 
Hampir 4 bulan sudah pandemi Covid-19 terjadi,
dan semoga kita semua selalu sehat dan tidak kurang apapun itu.
Amin :)

Selama pandemi ini, aku mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap di rumah aja. Sesekali ke luar rumah buat beli persediaan makanan. Covid-19 is real guys !, banyak banget kasus positif dan banyak juga yang meninggal dunia. Di rumah aja selama 4 bulan sih bosan juga ya. Meskipun aku belum berkegiatan apapun alias masih pengangguran hehehe, tapi selama itu berdiam diri di rumah ya cukup terasa bosannya. Kadang rindu juga keluar rumah tanpa harus cemas dan was-was seperti sekarang ini. Tapi demi kebaikan, lebih baik di rumah aja dan jika harus keluar rumah, terapkan protokol kesehatan yang sudah diberitahukan oleh pemerintah.

Jadi, apa aja yang kalian lakukan selama di rumah aja? 
Kalau aku sih belajar masak, masak yang simpel-simpel aja buat sehari-hari. Sejak pandemi terjadi, aku jadi takut untuk beli makanan di luar sehingga memutuskan untuk masak sendiri. Tapi keahlian memasakku baru dasar-dasar aja sih, mulai dari goreng-menggoreng, tumis-tumisan, dan sambel-sambelan, hahaha.

Aku jadi rajin tuh liat tutorial masak-masak di Youtube. Sekiranya gampang dan bahannya mudah didapat, aku cobain. Ngomong-ngomong, aku masih stay di kosan di Surabaya lho. Kota Surabaya udah 2 bulan ini menjadi zona hitam (dengan kasus positif Covid-19 tertinggi). Jadilah aku semakin di rumah aja. Ada sih sesekali keluar rumah untuk beli persediaan bahan makanan di pasar atau super market.

Nah, kali ini aku mau sharing pengalamanku memasak bihun goreng, kalo kata emakku sih bihun tumis namanya hahaha. Oh iya, keahlian memasakku masih dasar banget dan bisa dibilang baru belajar masak, jikalau ada langkah-langkah yang kurang benar tolong dimaafkeun hehehe. 

Sebelum mulai masak, ada beberapa bahan makanan dan bumbu-bumbu yang harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu:
  • Bahan:
    • 1 bungkus bihun (aku sih pake setengahnya aja)
    • 1 buah wortel
    • buncis
    • sosis
    • udang
    • garam secukupnya
    • merica bubuk secukupnya
    • kaldu bubuk secukupnya
    • kecap manis secukupnya
    • saus tiram (saori) secukupnya
  • Bumbu halus
    • 2 siung bawang putih
    • 5 siung bawang merah
    • 1/2 potong bawang bombay
    • 3 buah cabai rawit  
Semua bahan dan bumbu yang aku gunakan

 Setelah semua bahan dan bumbu halus dipersiapkan, langkah-langkah memasaknya yaitu:
  1. Rendam setengah bungkus bihun (sesuai selera ya) dengan air dingin lalu diamkan, boleh juga direndam dengan air panas
  2. Cuci bersih wortel, buncis dan sosis, lalu potong kecil-kecil (sesuai selera ya)
  3. Cuci bersih udang dan tiriskan.
  4. Haluskan bawang merah dan bawang putih 
  5. Potong bawang bombay dan cabai rawit sesuai selera
  6. Periksa bihun yang sedang direndam apakah sudah lembut, jika ssudah lembut buang air rendamannya lalu tiriskan. Kemudian tambahkan kecap manis secukupnya lalu diaduk-aduk hingga bihun berwarna kecoklatan.
  7. Tumis bawang bombay, bawang merah dan putih, serta cabai rawit hingga harum
  8. Lalu masukkan udang, wortel, buncis, dan sosis. Tumis hingga lembut.
  9. Tambahkan garam, merica bubuk, saus tiram, dan kaldu bubuk secukupnya.
  10. Beri air sedikit lalu aduk kembali
  11. Masukkan bihun, kemudian aduk kembali hingga tercampur rata bihun dan sayurannya.
  12. Jika sudah agak kering, angkat dan sajikan. Bihun Udang Goreng Pedas siap dinikmati.
Buncis, Wortel, Sosis, dan Udang
Bawang merah dan putih yang sudah dihaluskan serta bawang bombay dan cabai rawit
Bihun Udang Goreng Pedas :)

Simpel banget kan cara memasaknya? untuk campuran sayuran dan bahan lainnya bisa disesuaikan. Bisa ditambahkan bakso juga. Atau jika ingin pedasnya berasa, cabai rawitnya ditambah lagi dan bisa dihaluskan juga bersama bawang merah dan bawang putih. Bisa juga ditambahkan topping telur mata sapi. Pokoknya sesuai selera ya teman-teman. Selamat mencoba :)

Monday, June 08, 2020

WISUDA !!!

Siang itu, 14 September 2019, sekitar jam 12 siang, aku melangkah dengan pasti diantara banyak orang menuju pintu keluar gedung Graha ITS. Sekilas ku lirik, begitu banyak senyuman dan tawa bahagia menghiasi wajah wisudawan dan keluarganya. Aku pun ikut tersenyum bahagia. Ku rapikan toga dan pakaian wisuda ku. Kemudian melangkah dengan ringan menuju pintu keluar di depanku.
"I made it guys !"
"Hai...!", aku setengah berteriak sambil melambaikan tangan ke arah wajah-wajah yang ku kenal. Mereka pun menyambutku dengan senyuman dan jepretan kamera. Mereka mengarahkanku untuk tersenyum dan melambaikna tangan ke arah kamera. Meskipun sedikit gugup dan kikuk, aku berusaha tersenyum berjalan mendekati mereka membelah keramaian. Mereka adalah teman-temanku yang bersedia meluangkan waktu untuk hadir di salah satu momen penting hidupku.
me and The Boys
Adi, Pei dan Ben bersedia datang ditengah padatnya jadwal kerja mereka di Ibukota. Bobby pun meluangkan waktu dihari liburnya yang bisa dia habiskan dengan tidur karena harus bekerja shift. Ridho juga segera datang ke Surabaya jum'at malam sebelumnya setelah tahu teman-temannya tiba di Surabaya. Maskhur, teman sekelasku yang juga bersedia hadir. Dan terakhir, Mey, wanita berhijab yang kurang lebih setahun menjadi teman satu kost, sekaligus yang memberi sedikit polesan warna-warna di wajahku pada hari itu.
Wisuda kali ini merupakan wisudaku yang ketiga. Akhirnya aku menyelesaikan studi masterku meskipun terlambat satu semester. Keluargaku tidak ada yang hadir satupun. Karena jarak Surabaya yang cukup jauh dan banyak pertimbangan lainnya, aku meminta kedua orang tuaku untuk tidak hadir. Oleh karena itu, teman-temanku lah yang mengisi hari bahagiaku kali ini.  Para lelaki itu datang dengan kostum pantai dan kacamata hitam. Aku yakin masing-masing dari mereka merasa sangat keren hari itu hahahaha.
"Pei, Bobby, Ridho, Ben, Adi"
Sambil malu-malu, aku berjalan dengan bahagia menuju teman-temanku yang kulihat memegang berbagai macam pernik hadiah wisuda. Tiba-tiba,"Bruuuuuuuk !", aku terjatuh. Suasana hening seketika. Teman-temanku menghampiriku, mencoba membantuku berdiri. Rupanya saking bahagianya, aku tak memperhatikan jalan sehingga tidak melihat adanya besi penghalang di depanku. Kakiku tersangkut disana. Aku pun awalnya terkejut lalu tertawa. Kejadian yang memalukan ditengah keramaian. Tapi bukannya bersedih atau kesakitan, aku justru tertawa. Lucu iya. Tawa untuk menutupi rasa malu pun juga. Ben menenangkanku dengan berkata bahwa tidak ada orang-orang sekitar yang memperhatikan kejadian itu. Aku cukup lega meskipun tak henti tertawa karena kecerobohanku sendiri.

Aku menerima berbagai macam hadiah wisuda dari mereka. Kami pun tak henti-hentinya berfoto mengabadikan momen saat itu. Selain teman-temanku itu, Anak-anak kost yang tinggal serumah denganku juga hadir. Nada dan Vega juga memberiku hadiah wisuda. Ada juga titipan bunga dari Kak Devi yang tidak bisa hadir saat itu. Kado dari Vega sungguh unik, fotoku berukuran besar yang difigura dengan bagus. Kreatif sekali anak itu hahaha. Teman-teman perkumpulan minang juga hadir, ada Rommy dan Ronny. Sementara Ane dan Gusde tidak bisa hadir karena menjemput keluarganya yang baru tiba untuk hadir di wisuda esok hari, namun adik-adik ku yang cantik-cantik itu memberi kado dan ucapan keesokan harinya. Inge, adik sepupuku juga hadir membawa bunga mawar. Kami semua berfoto tak henti-henti hingga menjadi pengunjung terakhir di gedung itu, hahaha.
Nada, me, Vega, Mey

me and Inge


Dear teman-teman sekalian, terima kasih banyak telah hadir, mengisi kekosongan keluarga, serta memberi tawa bahagia padaku hari itu. Aku tak kan melupakan kebaikan kalian semua. Semoga kita semua sehat selalu dan bahagia dimana pun berada. Semoga pertemanan ini tak lekang oleh waktu, dan tak berlalu bagai debu yang disapu angin.
Thanks you Guys

Saturday, March 28, 2020

ISITIA RCEE 2019 (Pengalaman Pertama ikut Konferensi)


Hello semuanya…senang sekali bisa balik nulis disini lagi setelah beberapa bulan berlalu. Aku mengingkari janji pada diriku sendiri untuk konsisten pada blog ini. Maafkan aku wahai diriku, hahaha.

Apapun itu, aku sangat senang bisa melanjutkan berbagi pengalamanku disini. Kali ini aku ingin bercerita mengenai konferensi yang telah ku ikuti Agustus 2019 lalu.

Sebagai salah satu syarat kelulusan di kampusku, aku harus mengikuti salah satu international conference. Aku mempersiapkan paperku selama kurang lebih satu bulan. Aku mendaftarkan paperku, karya pertamaku, ke ISITIA RCEE (International Seminar on Intelligent Technology and Its Applications, & 12thAUN/SEED-Net Regional Conference in Electrical and Electronics Engineering) 2019 setelah mendapat persetujuan dari kedua dosen pembimbing. ISITIA RCEE 2019 merupakan konferensi internasional tahunan yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia. Berbeda dengan tahun 2018, kali ini ISITIA diselenggarakan bersamaan dengan konferensi regional ke-12 tentang Teknik Listrik dan Elektronika (RCEE). ISITIA RCEE 2019 diadakan di JW Marriott Hotel, Surabaya, Indonesia pada 28-29 Agustus. ISITIA 2019 disponsori bersama oleh IEEE Indonesia, sedangkan RCEEE disponsori oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk AUN / SEED-Net. RCEEE adalah konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh lembaga anggota AUN / SEED-Net dengan tujuan untuk mempresentasikan hasil penelitian dari jaringan AUN / SEED-Net dan untuk melanjutkan diskusi tentang topik penelitian kolaboratif di masa depan. Adapun topik-topik penelitian yang dibahas pada konferensi kali ini meliputi bidang:
  1. Electronics (VLSI, Embedded Systems, Sensors, IoT Devices, Biomedical Circuits, Data Converters, Mixed-Signal Circuits, Microelectronics)
  2. Control Systems (Robotics, Industrial Applications, Autonomous Vehicles)
  3. Power and Energy Systems (Renewable Energy, High Voltage Engineering, Energy Conversion, AI in Power Systems, Energy Storage, Smart Grid)
  4. Telecommunications & Signal Processing (Antenna, Network, Satellite, Image Compression, Wireless Sensor Network)
  5. Information Technology (Information Systems, Telematics, Security, ICT, Artificial Intelligence, Virtual Reality, IT in Education)
  6. Biomedical Engineering (Biomedical signal and image processing, telemedicine, medical imaging)
Aku sendiri ambil bagian pada topic Control System/Autonomous Vehicle dengan judul paper “Path Planning for Differential Drive Mobile Robot to avoid Static Obstacles Collision using Modified Crossover Genetic Algorithm”. Paperku berisi setengah hasil penelitian tesisku yaitu mengenai modifikasi proses “Crossover” pada Algoritma Genetika dengan plan Autonomous Vehicle yaitu DDMR (Differential Drive Mobile Robot).

Aku mendaftarkan paperku pada pertengahan bulan Mei dan mendapatkan email balasan akhir bulan Juni yang menyatakan bahwa paperku bisa ikut serta pada konferensi tersebut dengan beberapa perbaikan minor. Reviewer memberikan revisi berupa penulisan, tata letak gambar, dan saran untuk lebih mengeksplor pembahasan hasil penelitian. Hasil revisi paper harus disubmit kembali pada akhir Juli sebagai final manuscript. Setelah paperku dinyatakan memenuhi kualifikasi, aku diberi tagihan pendaftaran sebesar dua juta rupiah yang semula harusnya aku membayar tiga juta lima ratus ribu rupiah, namun mendapatkan keringanan karena Departemen kampusku sendiri yang menjadi penyelenggaranya. Aku sangat bersyukur. Ketika final manusricpt dan pembayaran biaya konferensi telah diterima oleh panitia, maka akan mendapatkan kartu peserta konferensi sebagai author.

28 Agustus 2019, Aku berangkat bersama salah seorang temanku, pagi itu kami begitu bersemangat untuk mengikuti konferensi pertama kami. Tidak cukup sulit untuk menemukan venue-nya karena Hotel JW Marriot sangat terkenal. Setibanya di venue kami segera registrasi ulang dan mendapatkan tanda pengenal sebagai peserta konferensi. 


me as the participant
me and my friend

Tanda pengenal yang diberikan oleh panitia penyelenggara sangatlah menarik dan unik. Tanda pengenal itu sendiri dibuat dari papan PCB (Printed Circuit Board).
 
tanda pengenal yang unik
Sebenarnya ada penjelasan dari tanda pengenal tersebut yang desain sendiri oleh chairman ISITIA saat itu tapi aku lupa detailnya, wkwkwk maafkan aku. Seingatku, tanda pengenal itu bisa digunakan karena terdapat sirkuit rangkaian elektronika yang bisa langsung dipasang komponen-komponennya.

Kegiatan hari pertama yaitu berupa opening ceremony dan setelah isoma (istirahat, shalat dan makan siang) dilanjutkan dengan presentasi paper dari para author. Berdasarkan rundown kegiatan hari pertama dimulai pukul delapan pagi dan berakhir pukul sembilan malam. Oh iya, satu hal yang juga aku senangi dari kegiatan seperti ini adalah makanannya, hahahaha. Aku mengikuti opening ceremony sambil menikmati cemilan yang disediakan pagi itu yaitu kue pukis dan segelas teh hangat. Sepertinya makanan hari itu, temanya adalah makanan indonesia.

Brunch
Lunch
Sebenarnya, aku tidak harus hadir dihari pertama karena jadwal presentasiku adalah hari kedua. Namun ini merupakan konferensi pertamaku, sehingga aku pun tidak ingin melewatkan hari pertama. Pada akhirnya aku dan temanku memutuskan untuk pulang setelah makan siang dan tidak ikut menyaksikan presentasi paper hari pertama.

29 Agustus 2019, Hari kedua konferensi, Aku dan temanku mendapat jadwal presentasi setelah makan siang. Kami mengikuti kegiatan dari pagi dengan menyaksikan presentasi dari author lainnya.  Tentu saja sambil menikmati kudapan pagi, hahahaha.

i love the fruit pie

Setelah makan siang, Kami masuk ke ruangan yang telah ditentukan untuk presentasi sesuai dengan tema paper yang diajukan. Di dalam ruangan presentasiku ada 6 orang peserta termasuk aku dan temanku. Presentasi berjalan cukup santai dimana juga terdapat sesi tanya jawab sembari menikmati kudapan sore itu.

Suasana Presentasi Sore Itu
Kudapan Sore Itu
Setelah presentasi selesai, aku mendapatkan sertifikat sebagai pemapar paper yang digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan di kampusku. Pengalaman konferensi pertamaku cukup berkesan dengan baik. Aku berjanji pada diri sendiri untuk menghasilkan paper/jurnal dan mengikuti konferensi selanjutnya . Amin :)

Thursday, October 31, 2019

Reward Trip from JWGEA

I'm so glad to back here,
I missed one last month :(

But it's okay, aku akan berusaha untuk tetap konsisten lagi hahaha
Kali ini aku akan menulis mengenai perjalanan sehari ke Pantai 3 Warna yang terletak di Kabupaten Malang.

Pada postingan sebelumnya, aku membahas mengenai join workshop empat kampus yang kali ini diselenggarakan di kampusku ITS. Jujur saja alasan utama aku mengikuti kegiatan itu adalah reward jalan-jalan ke Pantai 3 Warna. Sebelumnya aku tidak pernah mengikuti kegiatan kampus apapun. Aku benar-benar telah membuang banyak kesempatan selama ini. Akhirnya setelah mendapatkan informasi mengenai JWGEA di social media, aku segera mendaftar karena tertarik dengan reward kegiatannya. Pengalaman workshop juga ku peroleh tentunya. Pengalaman pertama dan sangat berharga.

Hari keempat pada run down acara diisi dengan free time jalan-jalan ke Pantai 3 Warna yang terletak di Kabupaten Malang. Hampir semua peserta hadir pada hari itu. Sehari sebelumnya kami diberi informasi agar berkumpul pukul 03.30 WIB dikarenakan letak pantainya cukup jauh dari Kota Surabaya.

Pagi itu aku terjaga pukul tiga setelah tidur kurang lebih dua jam. Aku pun segera packing keperluan selama perjalanan hari itu seperti pakaian ganti, peralatan mandi, sun block., cemilan dan obat-obatan. Setelah semua siap dan lengkap, aku pun pergi menuju titik kumpul di kampus. Sebenarnya aku cukup takut naik ojol pada jam itu karena jalanan cukup sepi, namun alhamdulillah aku tiba di titik kumpul dengan selamat berkat bapak ojol yang baik hati itu.

Tiba disana, aku bertemu dengan peserta workshop yang lain. Sesuai dengan arahan panitia penyelengara, peserta laki-laki dan perempuan menggunakan bus yang berbeda. Peserta laki-laki berkumpul di area kampus sementara peserta perempuan berkumpul di penginapan kampus perempuan.

Sesuai jadwal, keberangkatan dimulai tepat jam 4 pagi. Ada beberpaa orang peserta yang hampir terlambat. Bangun jam 3 pagi memang berat rupanya hahaha.

Selama perjalanan aku duduk bersebelahan dengan mahasiswi magister dari ITS jurusan teknik arsitektur, PM begitu dia biasanya dipanggil. Aku dan PM berkenalan sejak hari seleksi peserta sesama ITS. Sejak saat itu kami cukup nyambung berbicara satu sama lain. Memiliki kesamaan yaitu aku yang pernah tinggal di Palembang dan dia mempunyai pacar yang tinggal disana. Sepanjang jalan banyak yang kami bicarakan mulai dari destinasi wisata, perkuliahan, masa-masa tesis, hingga asmaranya dia. Perjalanan cukup jauh dan memakan waktu yang lama. Kami tiba di pintu masuk destinasi sekitar jam 9 pagi. Kami disambut oleh penduduk setempat yang telah bekerjasama dengan panitia, mereka menyiapkan sarapan pagi untuk kami. Menu sarapan yang sangat Indonesia menurutku. Nasi pecel dengan ragam lauk dan gorengan. Saus kacang tidak pernah mengecewakan. Peserta workshop dari Thailand dan Jepang menyukainya.

Setelah menikmati sarapan pagi, kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberi tour guide dan panitia pendamping. Aku kebagian kelompok terakhir dengan PM sebagai panitia pendamping. Aku satu kelompok dengan Mbak Nela, Mbak Putri, PM, dan ketiga peserta dari Malaysia yang aku lupa namanya (maafkan aku teman -.-" ).

Seperti yang diketahui, Pantai 3 Warna terletak di Jl. Sendang Biru, Area Sawah/Kebun, Tambakrejo, Sumbermanjing, Malang, Jawa Timur. Pantai 3 warna ada dalam area Rehabilitasi dan Konservasi Mangrove, Terumbu Karang serta Hutan Lindung. Dari pusat kota Malang, pantai ini berjarak sekitar 150 km. Untuk mencapai Pantai 3 Warna, bisa dengan mengikuti penunjuk arah, dari Kota Malang menuju Kecamatan Bululawang, Kecamatan Turen, Kecamatan Sumber Manjing Wetan, dan Pantai Sendang Biru. Ketika tiba di pertigaan Pantai Sendang Biru, ada petunjuk arah, setelah itu ikuti petunjuk yang menuju Clungup Mangrove Conservation. Petunjuk itu merupakan arah ke Pantai Clungup, Pantai Gatra dan Pantai 3 Warna.

Pantai Tiga Warna sudah dikelola dengan baik dan harus booking terlebih dahulu jika ingin masuk dan menikmati keindahan alamnya. Untuk pengunjung rombongan dengan anggota 10 orang dikenakan biaya 300.000.-. Dengan perincian Rp. 100.000 untuk sewa guide, Rp. 150.000 untuk sewa lahan dan tenda dan Rp. 50.000 untuk tiket 10 orang. Wisatawan yang datang dibatasi jumlahnya. Jika kuota wisatawannya sudah penuh, otomatis harus menunggu hingga kelompok yang sudah ada di lokasi kembali terlebih dahulu. Ini dilakukan untuk menjaga kebersihan Pantai. Sedikit tips, disarankan untuk membawa bekal sendiri karena tidak ada warung di Pantai ini. Lalu jangan sekali-kali membuang sampah sembarangan karena akan dikenakan denda.

Setelah menerima briefing singkat, kelompokku mulai tracking menuju Clungup Mangrove Conservation. Selama tracking, ada beberapa pos yang kami lewati. Pos pertama merupakan tempat pendataan barang bawaan semua pengunjung pantai. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan pantai. Jadi jumlah barang yang dibawa sat menuju pantai harus sama dengan jumlah barang yang dibawa ketika meninggalkan pantai. Pos-pos selanjutnya aku lupa untuk apa hehehe.

Teman-teman JWGEA Thailand di Pintu masuk Clungup Mangrove Conservation
 Sepanjang perjalanan, kami menikmati pemandangan Hutan Mangrove yang dilindungi dan dijaga oleh penduduk setempat. Pantai pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Clungup, namun sayangnya saat itu kondisi air laut sedang surut.

Pantai Clungup bersama seluruh peserta JWGEA
Setelah Pantai Clungup, kami pun melanjutkan tracking menuju Pantai Gatra. Ini kali kedua aku mengunjungi kawasan konservasi ini sehingga tidak asing bagiku. Kembali ke Pantai Gatra mengingatkanku memori tahun 2017, dimana aku pertama kali kesini bersama teman-teman dari FMM-LJ ITS. Pantai Gatra terkenal dengan canoe nya. Aku dan para peserta JWGEA lainnya mencoba canoe. Aku dan PM awalnya tidak ingin mencoba karena kami terlalu malas untuk basah-basah, namun setelah melihat teman-teman yang asyik bermain canoe dan berenang, kami berdua pun bersemangat mencoba. Canoeing untuk pertama kalinya, rasanya takut-takut seru. Aku yang tidak bisa berenang tentu saja takut air. Tapi aku sangat ingin mencoba canoeing. Setelah observasi cukup lama dan memastikan bahwa aman, aku pun mencoba. Awalnya ma sih histeris, namun selanjutnya justru sangat seru. Berapa lama aku mencoba canoeing? tidak sampai lima menit hahaha, karena aku takut terbawa arus ke Samudera Hindia -.-"


Canoeing for the first time in my life
Teman-teman JWGEA mencoba canoeing

Selama di Pantai Gatra, semua peserta JWGEA benar-benar asyik bermain air dan menikmati pemandangan yang disajikan. Bahkan teman-teman peserta dari jepang tanpa malu-malu topless. Mereka sungguh ekspresif.


Teman-teman JWGEA Jepang

Mbak Nela, Me, dan Teman-teman dari Malaysia

 Dan tak lupa seluruh peserta berkumpul dan berfoto bersama di Pantai Gatra tersebut. 


JWGEA 2019 di Pantai Gatra
Setelah puas bermain di Pantai Gatra, kami pun melanjutkan tracking menuju Pantai 3 Warna yang merupakan destinasi terakhir. Keunikan utama Pantai Tiga Warna Malang adalah warna airnya yang berbeda-beda. Biru-Hijau-Putih. Adakalanya warna itu berubah menjadi Biru-Hijau-Pink. Perbedaan warna ini disebabkan oleh kedalaman air laut. Selain itu, ombak di pantai ini cukup tenang, karena ombak besar dari Samudera Hindia terhalang oleh Pulau Sempu.

Banyak aktifitas yang bisa dilakukan di Pantai ini seperti renang, snorkeling, atau bisa juga camping. Untuk fasilitas snorkeling, pengunjung bisa menyewa peralatan di lokasi pantai. Biaya sewa peralatan Snorkelingnya aku lupa karena waktu itu semua diurus oleh panitia. Satu set perlengkapan terdiri atas baju pelampung, kaca mata dan alat bantu napas.  

Aku awalnya bersemangat untuk mencoba snorkeling. Namun karena sudha kelelahan bermain di Pantai Gatra, akhirnya aku dan PM hanya duduk di tepi pantai menikmati deru ombak dan pemandangan indah yang tersaji. Hal serupa juga dilakukan oleh peserta lainnya. Ada juga yang menikmati pemandangan bawah laut dengan snorkeling.

Menikmati keindahan tiga warna (Biru-Hijau-Putih)

Playing along with PM
View dari batu karang ini sangat bagus


Pantai 3 Warna saat itu
Kebanyakan dari kami sudah kelelahan, sehingga banyak yang lebih memilih beristirahat setibanya di pantai ini. Kami duduk di bawah pohon rindang menikmati santap siang ditemani deburan ombak dan birunya laut saat itu. Kurang lebih dua jam kami disana, setelah itu satu persatu dari kelompok menaiki speed boat menuju dermaga. Kelompokku menjadi yang terakhir. Tentu saja aku yang tak bisa berenang sangat takut di atas speedboat itu. Namun aku cukup terhibur degan pemandangan indah disekeliling. Nampak Pulau Sempu, kapal-kapal nelayan, dan perlahan dermaga mulai terlihat. Kami pun tiba di dermaga dengan selamat dan dilanjutkan dengan mandi sebagai persiapan kembali ke Kota Surabaya. Selama perjalanan pulang, sebagian besar dari kami tertidur karena lelah. Kebersamaan selama empat hari itu harus berakhir malam itu juga. Esok hari teman-teman peserta harus kembali ke negaranya masing-masing. Melanjutkan studi masing-masing. Demi meraih cita-cita yang diimpikan. Empat hari yang tak terlupakan buatku. Pengalaman baru dan teman baru. Sukses buat kita semua dimanapun kita berada :).